Tab / Navbar Menu

Kamis, 17 November 2011

Cidera Dalam Olahraga dan Cara Penyembuhannya


Olahraga adalah kebutuhan bagi setiap individu yang ingin kondisi
tubuhnya selalu sehat dan fit, banyak sekali olahraga yang bisa kita lakukan,
baik yang jenis olahraga yang dapat kita lakukan seperti : Jalan, jogging,
senam aerobik dan masih banyak lagi yang lainnya.
Tetapi tahukah anda ? bahwa apabila di dalam melakukan olahraga ini tidak
dengan pemanasan atau di lakukan secara benar maka itu akan menjadikan
potensial cedera bagi kita.
nah anda ingin mengetahui faktor faktor apa saja yang bisa menyebabkan
cedera ?



FAKTOR PENYEBAB


Di bawah beberapa faktor yang bisa menyebabkan cedera :


Latihan Yang Berlebihan


Ini bisa terjadi jikaanda memaksa diri untuk berlatih di luar batas kemampuan
diri anda, berlatihlah sesuai dengan kemampuan anda, anda harus tahu
batas kemampuan tubuh anda sendiri.


Metode Latihan Yang Salah


Di mana anda terlalu cepat meningkatkan intensitas ataupun jumlah
latihan,hanya karena ingin kalori cepat terbakar ataupun karena ingin
cepat mendapatkan hasil dari olahraga ini.


Kelainan Struktural


Kelainanan struktural atau anatomi tubuh anda yang dapat memberikan 
stress tambahan, misalnya kelainan otot, tulang, sendi dll. Ini bisa karena
bawaan dari lahir


Kurangnya Flexibilitas


Ddimana otot yang dipertegang oleh latihan yang keras akan lebih rentan
terhadap untuk terjadi cereda.


Ketidak Seimbangan Otot


Ini bisa terjadi jika salah satu otot lebih kuat daripada otot lain yang
melakukan fungsi yang berlawanan misalnya selain melatih
otot Biceps (Lengan Atas Depan) kita juga harus melatih
otot Triceps (Lengan Atas Belakang), agar kekuatan
otot lengan kita berimbang


Kurangnya Pemanasan


Pemanasan sebelum berolahraga sangat penting, karena ini membantu untuk
kita menjadi tidak kaku/ menambah flexibilitas sehingga bisa terhindar dari cedera.



PENGOBATAN


Penatalaksanaan Cedera Olahraga
Pada umumnya penatalaksanaan cedera olahraga menggunakan prinsip RICE
(Rest, Ice, Compression, Elevation) yang selalu diterapkan pada awal
terjadinya cedera sebelum penanganan selanjutnya.


Indikasi RICE dilakukan pada cedera akut atau kronis eksaserbasi akut,
seperti hematome (memar), sprain, strain, patah tulang tertutup,
dislokasi setelah dilakukan reposisi. Kontraindikasi RICE pada kram otot,
patah tulang terbuka, adanya luka pada kulit merupakan kontraindikasi
penggunaan Ice dan Compression.




Penatalaksanaan cedera olahraga dengan:
a. Hentikan kegiatan olahraga
b. Lakukan prinsip RICE


1. Rest (istirahat)
Bagian tubuh yang cedera harus segera diistirahatkan, karena 
gerakan aktif akan meningkatkan perdarahan dan pembengkakan yang
terjadi 
sehingga nyeri akan berlanjut. Bagian yang terluka segera
diistirahatkan untuk 
meminimalkan perdarahan dalam dan pembengkakan serta untuk
mencegah 
bertambah parahnya cedera.




2. Ice (es)
Bagian tubuh yang cedera dikompres dingin / es, bertujuan untuk 
terjadinya vasokontriksi lokal (pengurutan pembuluh darah lokal), 
mengurangi 
terjadinya perdarahan dan pembengkakan, mengurangi rasa nyeri, mengurangi 
reaksi inflamasi (peradangan) dan spasme otot. Mula-mula kompres
dingin/es 
dilakukan selama 15-20 menit setiap 1-2 jam, kemudian frekwensi
diturunkan 
secara bertahap sampai 24-48 jam disesuaikan dengan berat ringannya
cedera yang 
terjadi. Es batu menyebabkan pembuluh darah mengkerut, membantu
mengurangi 
peradangan dan nyeri.




3. Compression (balut tekan)
Penggunaan bandage untuk balut telan pada daerah yang mengalami cedera
akan menurunkan tingkat perdarahan dan mencegah terjadinya pembengkakan.
Membungkus daerah yang mengalami cedera dengan perban
elastik dan mengangkatnya sampai diatas jantung, akan membantu
mengurangi pembengkakan.


Pengompresan dengan es batu dilakukan selama 10 menit. Suatu
perban elastik bisa 
dililitkan secara longgar di sekeliling kantong es batu. Es mengurangi
nyeri dan 
pembengkakan melalui beberapa cara.


Daerah yang mengalami cedera mengalami pembengkakan karena
cairan merembes 
dari dalam pembuluh darah. Dengan menyebabkan mengkerutnya
pembuluh darah,
maka dingin akan mengurangi kecenderungan merembesnya cairan
sehingga 
mengurangi jumlah cairan dan pembengkakan di daerah yang terkena,


Menurunkan suhu kulit di sekitar daerah yang terkena bisa mengurangi
nyeri dan 
kejang otot. Dingin juga akan mengurangi kerusakan jaringan karena
proses seluler 
yang lambat.


Pengompresan dengan es batu terlalu lama bisa merusak jaringan.
Jika suhu sangat rendah (sampai sekitar 15 derajat Celsius), kulit akan
memberikan 
reaksi sebaliknya, yaitu menyebabkan melebarkan pembuluh darah.
Kulit tampak 
merah, teraba hangat dan gatal, juga bisa terluka.


Efek tersebut biasanya terjadi dalam waktu 9-16 menit setelah
dilakukan 
pengompresan dan akan berkurang dalam waktu sekitar 4-8 menit
setelah es 
diangkat. Karena itu es harus diangkat sebelum efek ini terjadi atau
setelah 10 
menit, baru dikompreskan lagi 10 menit kemudian.




4. Elevation (meninggikan)
Bagian badan yang mengalami cedera diposisikan lebih 
tinggi sehingga aliran arah ke bagian yang cedera berkurang. RICE
dilakukan 
selama 24-48 jam pertama sejak terjadinya cedera. Setelah itu dapat
dilakukan 
kombinasi kompres dingin dan hangat untuk memperbaiki vaskularisasi
(sirkulasi) 
jaringan yang cedera. Bagian yang mengalami cedera tetap diangkat,
tetapi kompres 
es dilepaskan selama 10 menit, setelah itu dikompres lagi selama 10
menit. Hal ini 
dilakukan secara bergantian dalam waktu 1-1,5 jam.
Tindakan diatas bisa diulang sebanyak beberapa kali selama 24 jam
pertama.


Cara Lain
Penyuntikan kortikosteroid ke dalam sendi yang terluka atau jaringan di
sekitarnya bisa mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Tetapi penyuntikan ini bisa memperlambat penyembuhan,
meningkatkan resiko terjadinya kerusakan tendon dan tulang rawan
dan memperburuk cedera karena memungkinkan penderita
menggunakan sendinya yang terluka sebelum sembuh total.




PENCEGAHAN


Pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu 
mencegah terjadinya cedera. Latihan ringan selama 3-10 menit akan
menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera.
Metode pemanasan yang aktif lebih efektif daripada metode pasif seperti air
hangat, bantalan pemanas, ultrasonik atau lampu infra merah. Metode pasif
tidak menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara berarti.


Pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan
dihentikan.
Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah.
Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di
dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya
aliran darah ke kepala.


Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik
(misalnya asam laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak
mencegah sakit otot pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan
serat-serat otot.


Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi
memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif
dan bekerja lebih baik. Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan,
hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah
raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.


Pelapis sepatu (ortotik) seringkali dapat memperbaiki masalah kaki seperti
pronasi.
Pelapis ini sifatnya bisa lentur, agak kaku atau kaku dan panjangnya
bervariasi, disesuaikan dengan sepatu yang digunakan.


Sepatu lari yang baik memiliki:
- sudut tumit yang kaku untuk mengendalikan gerakan bagian belakang kaki
- sebuah penyangga di sepanjang pelapis untuk mencegah pronasi yang berlebihan
- sebuah lubang sepatu yang diberik bantalan untuk menyokong pergelangan
kaki.


Ukuran ortotik biasanya 1 nomor lebih kecil daripada ukuran sepatu yang
digunakan


Pencegahan Olahraga:


1. Pemeriksaan awal sebelum melakukan olahraga untuk menentukan ada
tidaknya 
kontraindikasi dalam berolahraga
2. Melakukan olahraga sesuai dengan kaidah baik, benar, 
terukur dan teratur
3. Menggunakan sarana yang sesuai dengan olahraga yang dipilih (sepatu,
kaos kaki, pelindung, dll)
4. Memperhatikan kondisi prasarana olahraga seperti permukaan lapangan
harus rata, dll
5. Memperhatikan lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban udara
sekelilingnya


Terapi fisik bisa berupa pemanasan, pendinginan, listrik, gelombang suara,
penarikan (traksi) atau latihan di air, bisa dilakukan sebagai tambahan terhadap terapi latihan.
Lamanya dilakukan terapi fisik tergantung kepada berat
dan kompleksnya cedera yang terjadi.


Aktivitas atau olah raga yang menyebabkan cedera 
sebaiknya dihindari sampai cedera benar-benar sembuh.
Lebih baik mengganti jenis olah raga daripada tidak melakukan
aktivitas fisik sama sekali, karena sama sekali tidak melakukan kegiatan
bisamenyebabkan otot kehilangan massa, kekuatan dan ketahanannya.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar